Silahturahmi Tim Riset Rekayasa Sosial Kepada Nelayan Mentarang, di Dusun Kuala Sipare, Desa Medang, Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batubar


Tim Riset Rekayasa Sosial, berbincang-bincang dengan para nelayan di dusun medang ,kab. Batubara.( foto. Agus )

GARUDANEWS.net // BATUBARA || Tim riset Rekayasa Sosial Dosen USU yang di Ketuai oleh Dra. Dara Aisyah, M.Si, Ph.D, Kluster Ke-Ilmuan Ilmu Administrasi Negara, Dosen Ilmu Administrasi Publik, Fisip USU,dan Dr. Muhammad Sontang Sihotang, S.Si, M.Si, Kluster Ilmu Fisika Sains Bahan, Kepala Lab. Fisika Inti (Nuclear) Dosen F-MIPA USU, baru-baru ini melakukan wawancara dengan sejumlah nelayan berpengalaman di pesisir Dusun Kuala Sipare, Desa Medang, Kecamatan Medang Deras, Kabupaten Batubara. Wawancara ini mengungkapkan kendala dan kesulitan yang dialami terhadap pekerjaan nelayan pencari mentarang yang telah menjadi mata pencaharian utama yang menjadi komoditi eksport keluar negeri, selain mencari ikan bagi masyarakat setempat.

Nazaruddin, seorang nelayan berusia 35 tahun yang telah berprofesi sebagai nelayan selama lebih dari dua dekade, berbicara dengan tulus tentang perubahan dramatis dalam pekerjaannya. "Kami bisa mendapatkan mentarang dalam jumlah yang cukup besar, tetapi harus memakai alat bantu selam karena cukup dalam tempat kumpulan mentarang di dalam laut, dan semakin sulit menemukannya," ungkapnya saat ditemui oleh tim riset.

Saat ditanyakan, untuk apa mencari mentarang dan digunakan untuk apa dan kemudian kulit mentarang tersebut dimanfaatkan atau dibuang.


Nazaruddin menjawab, bahwa saat ini mentarang dibutuhkan untuk di eksport ke luar negeri, Malaysia, yang diambil hanya mentarangnya saja sedangkan kulitnya dibuang tidak dimanfaatkan. Para nelayan menjelaskan, rata-rata nelayan pencari mentarang mampu mendapatkan sebanyak 100, hingga 200 kg setiap harinya.

Selain itu menurutnya, ada beberapa kendala yang dialami oleh para nelayan, salah satunya disebabkan oleh musim/iklim dan pencemaran air laut yang kerap terjadi di saat pembuangan limbah dari pabrik di laut tempat mereka biasanya mencari mentarang. "Musim hujan dan angin kencang membuat gelombang laut tinggi sehingga tidak bisa melaut, dan itu menyulitkan kami tidak bisa mencari mentarang. Terkadang ada pabrik buang limbah, sehingga laut berwarna coklat, setelah jernih air laut baru kami bisa mencari mentarang di sekitar sini."

Tim riset juga menanyakan upaya yang telah dilakukan oleh nelayan seperti Nazaruddin dan nelayan lainnya, untuk mengatasi masalah ini. " Kalo Kami tidak bisa berbuat banyak, tapi kami mengharapkan kepada Bapak Presiden Jokowi untuk lebih memperhatikan nelayan seperti kami agar bisa lebih maju dan sejahtera," ujarnya. "Kami juga meminta kepada Dinas Perikanan Kabupaten Batubara, untuk dapat membantu nelayan di sini dan mendengarkan keluhan nelayan." Ucapnya lagi.

Tim Riset Rekayasa Sosial Dosen Universitas Sumatera Utara yang melakukan wawancara ini menganggap penting untuk memahami perspektif nelayan dalam menghadapi tantangan iklim, lingkungan dan pencemaran air laut.

(Gus)

Baca Juga
Lebih baru Lebih lama