Dr.Muhammad Sontang Sihotang, S.Si, M.Si, dan Yusuf Nelayan Pencari Mentarang. ( foto: Agus R ) |
GARUDANEWS.net // KUALA SIPARE || Pertemuan yang kesekian kalinya antara Tim Riset Rekayasa Sosial Dosen USU, bersama para nelayan dan istri-istri nelayan, dilaksanakan Minggu ( 1/10/23) sekira pukul 14:00 WIB.
Setelah pengarahan dan penjelasan dari Tim Riset Rekayasa Sosial Dosen USU, yang diketuai oleh Dra. Data Aisyah, M.Si, Ph.D dan Dr. Muhammad Sontang Sihotang, S.Si, M.Si kepada para nelayan dan istrinya,terkait limbah pesisir nelayan dapat menjadi suatu produk yang berguna serta bermanfaat.
Kemudian secara khusus, Sontang Sihotang, dari Tim Riset Rekayasa Sosial Dosen USU, mewawancarai salah seorang nelayan bernama Yusuf (42th) yang mencari mentarang.
Sontang mengkaji filosofi dalam kajian Ilmu Metafisika yang terkandung dalam mentarang ini, bentuknya, mengapa hanya diwaktu tertentu saja, hanya satu bulan,kemudian kajian mengapa mentarang ini banyak terdapat di perairan Batubara ini, serta sampai sejauh mana ketertarikan nelayan mencari mentarang. Analisis mentarang di dasar laut merujuk pada studi dan pengamatan terhadap populasi dan perilaku hewan mentarang (misalnya, ikan-mentarang, cumi-cumi, dan lobster) yang hidup di dasar laut. Penelitian ini penting karena mentarang adalah spesies yang memiliki nilai komersial tinggi dalam industri perikanan dan juga memiliki peran penting dalam ekosistem laut.
Penelitian tentang perilaku, siklus hidup, dan biologi mentarang membantu ilmuwan memahami bagaimana spesies ini berinteraksi dengan lingkungan mereka. Ini mencakup informasi tentang makanan, habitat, migrasi, dan reproduksi mereka.
Dalam penjelasan Yusuf, nelayan pencari mentarang, kepada Sontang, disebutkan bahwa dirinya tertarik mengambil mentarang ini, sebab hasilnya pasti, karena setiap kilo mentarang ini, memiliki harga yang cukup mahal, sebab menjadi komoditas ekspor.
Selain itu, meski dalam mencari mentarang ini memiliki resiko yang cukup berbahaya, dimana kemungkinan ulat bulu di dasar laut yang memakan mentarang dan ular laut berbisa dapat saja mengancam dirinya.
Yusuf harus menyelam di kedalaman kurang lebih 4 meter, mencari titik spot dasar lumpur dimana sekumpulan mentarang yang tajam terhujam ke dalam lumpur laut, dengan menggunakan kompresor sebagai alat bantu pernapasan selama dirinya, tenggelam di dasar laut mencari mentarang, hanya menggunakan tangan telanjang. Dimana hal ini merupakan suatu perjuangan keras bagi nelayan pencari mentarang.
Namun, semua itu sudah menjadi resiko yang harus ditanggung, belum lagi dampak lainnya seperti gendang telinga yang dapat saja pecah, akibat terlalu lama menyelam di dasar laut, yang mengeluarkan darah dari hidung, bahkan kuping.
Namun, berdasarkan pengalamannya dalam mencari mentarang, dimana mampu mendapat sebanyak 100 hingga 150 kg, yang mampu mencukupi kebutuhan keluarganya, jelas Yusuf.
Dari hal tersebut, Sontang menjelaskan bahwa, Alloooh SWT telah menciptakan laut untuk digali kekayaan dan sumber daya yang ada untuk dimanfaatkan oleh manusia, jadi nelayan adalah pekerjaan yang tidak memiliki modal besar, karena hanya tinggal mengambil dari laut yang telah disediakan Alloooh SWT.
Untuk itu, terkait pengalaman Yusuf dalam mencari mentarang, adalah suatu perjuangan dirinya dalam memenuhi kewajibannya dalam memberi nafkah keluarganya dari hasil laut yang harus selalu di syukuri.
Persoalan cukup atau tidaknya, berpulang kembali kepada manajemen keuangan dari keluarga nelayan. Maka itu, tambahnya, sisa kulit mentarang yang terbuang hasil tangkapan Yusuf ataupun nelayan juga dapat memberikan manfaat lain, baik untuk kesehatan, juga menambah income/ pemasukan keluarga.
Dengan, konsep Rumah Kalsium diharapkan dapat menjadi perpanjangan tangan dari Tim Riset Rekayasa Sosial, yang telah memberikan transfer knowledge/pengetahuan kadernya, tentang Tata Kelola Limbah Pesisir Nelayan, menjadi produk tepung kalsium yang sangat bermanfaat bagi kesehatan, sesuai visi dan misinya , Rumah Kalsium, Tubuh Sehat Bebas Stunting.
Produk masyarakat nelayan yang berasal dari limbah pesisir juga memiliki nilai jual meningkatkan perekonomian keluarga, percepatan pemberantasan kemiskinan, sesuai program Pemerintah menerbitkan Inpres nomor 4 tahun 2022 untuk mempercepat pemberantasan kemiskinan ekstrem di Indonesia, dimana targetnya tuntas pada 2024, serta instruksi Gubernur Sumatera Utara Nomor 400.9.14/7480/2023 tanggal 23 Juni 2023, sebagai langkah awal untuk dapat dijadikan UMKM di Dusun Kuala Sipare, Desa Medang, Kecamatan Medang Deras.
( Gus )