Terminal Medan Group.( Foto dok. Tim ) |
GARUDANEWS.net // MEDAN || PT. Petronusa, salah satu perusahaan yang ditunjuk oleh PT. Pertamina Indonesia, dalam membuat System Auto Schedule dimana timbul polemik yang merugikan bagi pengusaha SPBU, yang kerap alami Loss of Standing ( Lo Standing), dimana tidak masuknya minyak di SPBU tepat waktu, karena supir AMT yang mendistribusikan minyak, menjadi kejar-kejaran waktu dan jarak dari satu SPBU dan SPBU yang akan diantarkan minyaknya cukup jauh jaraknya.
Dalam hal ini PT. Petro Nusa, diduga seperti tidak memikirkan dampak dari implementasi sistem Auto Schedule yang mereka terapkan. Sistem ini dianggap telah merugikan sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang bekerja sama dengan perusahaan tersebut.
Menurut beberapa pengelola SPBU, kepada tim media pada Senin (26/08/24), penerapan Auto Schedule oleh PT. Petronusa menyebabkan ketidaksesuaian antara pasokan dan permintaan bahan bakar di lapangan. Mereka mengeluhkan bahwa sistem ini kerap mengirimkan pasokan bahan bakar dalam jumlah yang tidak sesuai dengan kebutuhan aktual, baik berlebih maupun kurang.
"Sistem Auto Schedule ini sepertinya tidak mempertimbangkan fluktuasi permintaan di lapangan. Akibatnya, kami sering mengalami overstock atau kekurangan stok yang berdampak pada operasional SPBU," ungkap salah satu pengelola SPBU yang enggan disebutkan namanya.
Selain itu, beberapa pengelola SPBU juga menyebutkan bahwa ketidakpastian dalam pengiriman bahan bakar ini menyebabkan kerugian finansial yang cukup besar. Mereka harus menanggung biaya tambahan untuk menyimpan kelebihan stok, sementara kekurangan stok menyebabkan penurunan pendapatan karena ketidakmampuan memenuhi permintaan pelanggan.
"Pihak PT. Petronusa seharusnya lebih mempertimbangkan kondisi dan kebutuhan riil di lapangan sebelum menerapkan sistem Auto Schedule ini. Kami berharap ada evaluasi dan penyesuaian agar kerugian ini tidak terus berlanjut," tambahnya.
Hingga berita ini diturunkan, PT. Petronusa belum memberikan tanggapan resmi terkait keluhan dari para pengelola SPBU. Namun, para pengelola berharap agar perusahaan segera mengambil langkah konkret untuk menyelesaikan masalah ini.
Dengan semakin banyaknya SPBU yang merasa dirugikan, masalah ini bisa menjadi sorotan lebih luas jika tidak segera ditangani dengan baik oleh PT. Petronusa.
Tentunya ini menggambarkan dugaan permasalahan yang dihadapi SPBU akibat kebijakan PT. Petronusa, serta harapan para pengelola agar ada solusi yang adil.
( Tim )