GarudaNews.
Oleh :
1. Dr. Muhammad Sontang Sihotang S.Si, M.Si.(Kepala Laboratorium Fisika Nuklir, Prodi Fisika, Fakultas Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam, Peneliti Pusat Unggulan Ipteks Karbon & Kemenyan-Universitas Sumatera Utara (USU)-Medan.
2. Ir. Nuryana, (Direktur Kelembagaan dan Kerjasama YGSN (Yayasan Gerakan Solidaritas Nasional), Assessor Nasional Pra Assessmen Mandiri (PAM) untuk Proses Pemilihan Nominasi Calon Komisaris Independen BUMN wilayah Indonesia Timur.
Abstrak
Industri pengolahan aluminium di Indonesia menghasilkan limbah yang berpotensi mencemari lingkungan, salah satunya adalah baking filter dust (BFD).
Kajian ini bertujuan untuk mengembangkan model bisnis untuk sintesis kokas menggunakan limbah BFD, tempurung kelapa, dan cangkang kerang sebagai bahan baku alternatif.
Sintesis kokas dari limbah tersebut tidak hanya memberikan solusi untuk pengelolaan limbah, tetapi juga berpotensi menghasilkan produk yang bernilai ekonomi.
Artikel ini mengkaji keuntungan dan kerugian dalam pengembangan bisnis berbasis sintesis kokas dengan mempertimbangkan aspek lingkungan, teknis, dan finansial.
Analisis dilakukan dengan menggunakan pendekatan SWOT, Model Bisnis Canvas, dan evaluasi untung rugi untuk memberikan gambaran tentang kelayakan bisnis dari pengembangan ini.
Kata Kunci: Sintesis Kokas, Baking Filter Dust, Limbah Tempurung Kelapa, Limbah Cangkang Kerang, Pengembangan Bisnis, SWOT, Model Bisnis Canvas, Profit dan Loss.
Pendahuluan
Latar Belakang Masalah
Industri aluminium, khususnya yang dikelola oleh Inalum, menghasilkan limbah BFD yang sulit dikelola dan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
Di sisi lain, limbah organik seperti tempurung kelapa dan cangkang kerang sering kali terabaikan meskipun memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku kokas, yang merupakan bahan bakar penting dalam berbagai industri.
Oleh karena itu, Kajian ini berfokus pada pengembangan sintesis kokas dari limbah-limbah tersebut dengan tujuan untuk mengurangi dampak lingkungan, mengelola limbah secara lebih efisien, serta menciptakan peluang bisnis baru yang ramah lingkungan.
Permasalahan
Bagaimana mengelola limbah BFD, tempurung kelapa, dan cangkang kerang untuk menghasilkan kokas yang memiliki kualitas baik dan dapat diterima oleh industri? Apa saja tantangan yang dihadapi dalam proses sintesis kokas dan pengembangan bisnisnya?
Pertanyaan Kajian
-Apa faktor-faktor teknis yang mempengaruhi kualitas kokas yang dihasilkan dari campuran limbah BFD, tempurung kelapa, dan cangkang kerang?
-Bagaimana model bisnis pengembangan sintesis kokas ini dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan?
-Apa saja potensi keuntungan dan kerugian yang dihadapi dalam pengembangan bisnis ini?
Asumsi
Teknologi untuk sintesis kokas dari limbah BFD dan bahan baku organik lainnya sudah tersedia atau dapat dikembangkan lebih lanjut.
Pasar untuk kokas yang dihasilkan dari bahan baku alternatif cukup besar dan dapat diterima oleh industri.
Hipotesis
Proses sintesis kokas dari limbah BFD, tempurung kelapa, dan cangkang kerang dapat menghasilkan kokas dengan kualitas yang sesuai untuk aplikasi industri.
Pengembangan bisnis berbasis sintesis kokas ini berpotensi memberikan keuntungan finansial yang signifikan dengan dampak positif terhadap pengelolaan limbah dan lingkungan.
Tujuan
Menganalisis proses sintesis kokas dari limbah BFD, tempurung kelapa, dan cangkang kerang.
Mengkaji potensi keuntungan dan kerugian dalam pengembangan bisnis ini.
Membuat rekomendasi untuk implementasi model bisnis berbasis sintesis kokas.
Objectives
-Menganalisis Proses Sintesis Kokas: Mengkaji proses karbonisasi untuk sintesis kokas dari campuran limbah BFD, tempurung kelapa, dan cangkang kerang, serta menentukan kondisi optimal dalam menghasilkan kokas dengan kualitas yang sesuai untuk aplikasi industri.
-Evaluasi Kualitas Kokas: Menilai karakteristik kokas yang dihasilkan dari limbah BFD, tempurung kelapa, dan cangkang kerang berdasarkan parameter seperti daya kalor, kadar abu, porositas, dan kandungan sulfur, untuk memastikan kelayakannya dalam industri energi dan bahan bakar.
-Pengembangan Model Bisnis: Mengembangkan model bisnis untuk sintesis kokas berbasis limbah, menggunakan analisis SWOT dan Model Bisnis Canvas, serta menganalisis kelayakan dan potensi pasar produk kokas.
-Analisis Keuntungan dan Kerugian: Menilai aspek finansial dan operasional dari pengembangan bisnis sintesis kokas dengan mempertimbangkan keuntungan dan kerugian, serta memberikan rekomendasi untuk pengelolaan risiko dan peningkatan profitabilitas bisnis.
-Evaluasi Dampak Lingkungan: Menilai dampak lingkungan dari pengelolaan limbah BFD dan bahan baku organik (tempurung kelapa dan cangkang kerang) dalam proses sintesis kokas, serta potensi untuk mengurangi polusi dan meningkatkan keberlanjutan industri.
Manfaat
Memberikan solusi pengelolaan limbah industri yang ramah lingkungan.
Meningkatkan kesadaran akan potensi pemanfaatan limbah sebagai sumber daya.
Membuka peluang bisnis baru di sektor energi dan bahan bakar.
Batasan Kajian
Kajian ini hanya akan membahas sintesis kokas dari limbah BFD, tempurung kelapa, dan cangkang kerang, serta model bisnis terkait, dengan fokus pada aspek teknis dan ekonomis. Tidak akan membahas aspek sosial atau politik secara mendalam.
Skop Kajian
Proses sintesis kokas dengan bahan baku yang disebutkan.
Analisis SWOT dan model bisnis terkait pengembangan bisnis kokas.
Evaluasi keuntungan dan kerugian dari sisi finansial dan operasional.
Peta Konsep
Peta konsep dapat menggambarkan hubungan antara komponen-komponen utama dalam Kajian ini, seperti limbah bahan baku (BFD, tempurung kelapa, cangkang kerang), proses sintesis kokas, hasil sintesis, dan analisis bisnis.
Bahan Baku (BFD, Tempurung Kelapa, Cangkang Kerang) ↔ Proses Sintesis Kokas (Karbonisasi) ↔ Kualitas Kokas (Daya Kalor, Kadar Abu, Porositas) ↔ Model Bisnis (SWOT, Canvas Model) ↔ Keuntungan dan Kerugian Bisnis (Evaluasi Finansial)
State of the Art
Kajian mengenai sintesis kokas dengan bahan baku alternatif seperti limbah BFD dan limbah organik sudah mulai mendapat perhatian. Namun, kajian yang mengintegrasikan aspek teknis dengan analisis bisnis berbasis keuntungan dan kerugian masih terbatas, terutama pada industri pengolahan aluminium di Indonesia.
Dasar Teori
Karbonisasi
Karbonisasi adalah proses pemanasan bahan organik dalam keadaan tanpa oksigen pada temperatur tinggi untuk mengubahnya menjadi produk karbon padat, yang dikenal sebagai kokas.
Proses ini penting dalam pembuatan kokas, karena menghasilkan produk dengan daya kalor tinggi dan struktur yang cocok untuk aplikasi industri (Hussain, 2020; Zhang et al., 2019).
Model Bisnis Canvas
Model Bisnis Canvas adalah alat yang digunakan untuk merancang, menggambarkan, dan mengembangkan model bisnis. Model ini mengidentifikasi sembilan elemen utama yang dapat membantu perusahaan memahami dan merancang operasional bisnis mereka, mulai dari segmen pasar, proposisi nilai, hingga aliran pendapatan (Osterwalder & Pigneur, 2010).
-Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah alat yang digunakan untuk menilai kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam mengembangkan suatu bisnis atau proyek. Alat ini sangat berguna dalam merancang strategi yang dapat memaksimalkan keuntungan dan meminimalkan risiko (Pickton & Wright, 1998).
-Keberlanjutan Bisnis
Keberlanjutan bisnis mengacu pada kemampuan perusahaan untuk beroperasi secara efisien dan bertanggung jawab terhadap lingkungan, sosial, dan ekonomi.
Dalam konteks ini, penerapan prinsip keberlanjutan di dalam proses sintesis kokas dapat mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan nilai ekonomis (Elkington, 1997).
-Teori Pengembangan Bisnis
Teori pengembangan bisnis mengkaji aspek ekonomi dan operasional dalam membangun dan mengembangkan bisnis baru. Fokus utamanya adalah pada penciptaan nilai, diferensiasi produk, dan pengelolaan risiko dalam menghadapi persaingan pasar (Schilling, 2015).
Kajian Sebelumnya
Abdullah & Surya (2021): Mengkaji sintesis kokas dari limbah BFD untuk mengurangi dampak lingkungan.
Kumar & Sharma (2019): Kajian tentang pemanfaatan limbah organik untuk pembuatan kokas.
Zhang & Wang (2020): Analisis model bisnis untuk produksi kokas berbasis limbah.
Grand Teori: Pengembangan Bisnis dan Keberlanjutan dalam Industri Sintesis Kokas
Terdapat beberapa grand teori yang dapat menjadi dasar untuk pengembangan model bisnis dan pengelolaan keberlanjutan dalam proses sintesis kokas.
Grand teori ini menggabungkan konsep-konsep utama dalam pengembangan bisnis dan keberlanjutan industri, yang mencakup Teori Pengembangan Bisnis, Teori Keberlanjutan, dan Teori Inovasi Teknologi.
1. Teori Pengembangan Bisnis
Teori pengembangan bisnis mengacu pada cara suatu organisasi merancang dan mengelola proses bisnis untuk menciptakan nilai jangka panjang. Pengembangan bisnis dalam konteks ini melibatkan identifikasi peluang baru, perancangan model bisnis, serta pengelolaan sumber daya untuk menciptakan produk yang memiliki daya saing di pasar. Dalam konteks sintesis kokas, teori pengembangan bisnis mencakup dua aspek utama:
Inovasi Produk dan Proses: Penggunaan limbah industri, seperti BFD, tempurung kelapa, dan cangkang kerang, sebagai bahan baku untuk kokas menunjukkan penerapan inovasi dalam produk dan proses produksi.
Inovasi produk adalah upaya untuk menciptakan produk baru yang lebih efisien dan ramah lingkungan, sementara inovasi proses berfokus pada penciptaan metode produksi yang lebih efisien dan mengurangi limbah.
Model Bisnis dan Strategi Pemasaran: Dalam bisnis kokas berbasis limbah, model bisnis yang efektif dan strategi pemasaran yang tepat diperlukan untuk menarik pasar.
Oleh karena itu, penggunaan Business Model Canvas sebagai alat untuk merancang dan menggambarkan model bisnis yang komprehensif adalah kunci. Hal ini mencakup analisis segmen pasar, proposisi nilai, sumber daya kunci, serta aliran pendapatan dan biaya (Osterwalder & Pigneur, 2010).
2. Teori Keberlanjutan
Keberlanjutan dalam konteks bisnis merujuk pada kemampuan perusahaan untuk beroperasi dengan cara yang tidak hanya menguntungkan secara finansial, tetapi juga memperhatikan dampak sosial dan lingkungan.
Dalam Kajian ini, keberlanjutan akan dilihat dari perspektif Triple Bottom Line (TBL) yang terdiri dari tiga pilar utama: ekonomi, sosial, dan lingkungan (Elkington, 1997).
Aspek Ekonomi: Bisnis sintesis kokas diharapkan menghasilkan keuntungan yang layak, sehingga dapat menjadi sumber pendapatan yang stabil.
Namun, keberlanjutan ekonomi tidak hanya bergantung pada keuntungan, tetapi juga pada inovasi dan efisiensi biaya dalam pengolahan limbah.
Aspek Sosial: Pengelolaan limbah berbasis kokas dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru, meningkatkan kualitas hidup masyarakat di sekitar lokasi produksi, dan mendorong terciptanya ekonomi sirkular yang lebih adil. Bisnis ini juga dapat berkontribusi pada pengurangan dampak kesehatan dari limbah yang tidak terkelola.
Aspek Lingkungan: Limbah BFD, tempurung kelapa, dan cangkang kerang, yang dimanfaatkan dalam sintesis kokas, memberikan dampak positif terhadap lingkungan dengan mengurangi jumlah limbah yang dibuang dan menghasilkan produk yang lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan kokas yang berasal dari bahan baku fosil.
3. Teori Inovasi Teknologi
Inovasi teknologi dalam konteks ini mencakup penerapan teknologi yang dapat meningkatkan efisiensi dalam proses sintesis kokas.
Proses karbonisasi untuk menghasilkan kokas dari limbah BFD, tempurung kelapa, dan cangkang kerang membutuhkan teknologi yang tepat untuk memastikan hasil yang berkualitas.
Teori inovasi teknologi menekankan pentingnya adopsi teknologi baru yang dapat meningkatkan produktivitas dan menurunkan biaya operasional, serta menghasilkan produk yang kompetitif.
Inovasi Proses: Teknologi karbonisasi yang digunakan untuk mengubah limbah menjadi kokas perlu terus diperbarui untuk meningkatkan hasil dan efisiensinya.
Pengembangan teknologi untuk proses ini sangat penting dalam meminimalkan energi yang dibutuhkan dan mengoptimalkan kualitas kokas yang dihasilkan.
Pengaruh Teknologi pada Bisnis: Teknologi tidak hanya mempengaruhi proses produksi, tetapi juga berperan dalam manajemen bisnis, pemasaran, dan distribusi produk.
Pemanfaatan teknologi informasi, sistem manajemen rantai pasok, dan teknik pemasaran digital dapat meningkatkan efektivitas dan jangkauan bisnis.
Grand teori yang digunakan dalam Kajian ini—Teori Pengembangan Bisnis, Teori Keberlanjutan, dan Teori Inovasi Teknologi—memberikan landasan yang kuat untuk mengembangkan bisnis sintesis kokas dari limbah industri. Masing-masing teori ini mendukung pendekatan holistik dalam mengelola keberlanjutan, inovasi, dan pertumbuhan dalam bisnis yang berbasis pada limbah industri.
Penggunaan limbah sebagai bahan baku untuk produk yang bernilai ekonomis dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian sambil tetap menjaga aspek sosial dan lingkungan.
Tinjauan Literatur
Pengembangan kokas sintesis dari bahan limbah telah diteliti dalam berbagai konteks. Kajian sebelumnya menunjukkan bahwa BFD memiliki kandungan karbon tetap yang tinggi, menjadikannya bahan baku yang layak untuk sintesis karbon (Williams et al., 2019).
Tempurung kelapa telah banyak digunakan dalam produksi karbon aktif karena porositas tinggi dan kandungan karbonnya yang besar (Zhao et al., 2021). Sementara itu, cangkang kerang mengandung kalsium karbonat yang dapat berperan sebagai katalis dalam proses karbonisasi (Liu et al., 2022). Namun, studi mengenai kelayakan finansial kokas berbasis limbah komposit masih terbatas.
Metodologi Kajian ini menggunakan pendekatan kuantitatif untuk menilai kelayakan finansial produksi kokas sintesis. Parameter utama yang dianalisis meliputi:
• Analisis Biaya: Pengadaan bahan baku, biaya produksi, dan biaya operasional
• Proyeksi Pendapatan: Permintaan pasar, strategi harga, dan perkiraan penjualan
• Metrik Keuangan: Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP)
Pengumpulan data dilakukan melalui laporan industri, survei primer dan uji coba produksi eksperimental. Analisis sensitivitas juga dilakukan untuk menentukan risiko bisnis dan keberlanjutan ekonomi (Chen et al., 2023).
Analisis Hasil dan Pembahasan
SWOT Analysis
Strengths: Potensi mengurangi limbah industri, mengurangi dampak lingkungan, biaya bahan baku yang murah.
Weaknesses: Proses teknis yang kompleks, ketergantungan pada teknologi yang tepat, peralatan yang mahal.
Opportunities: Pasar kokas alternatif yang berkembang, permintaan energi terbarukan, potensi untuk diversifikasi produk.
Threats: Persaingan dengan kokas konvensional, fluktuasi harga bahan baku, regulasi lingkungan yang ketat.
Hasil dan Pembahasan Analisis finansial menunjukkan bahwa bisnis kokas sintesis memiliki indikator kelayakan yang positif:
• NPV: NPV positif sebesar $1,2 juta menunjukkan profitabilitas
• IRR: IRR yang dihitung sebesar 18,5 % lebih tinggi dari tingkat pengembalian yang disyaratkan
• Payback Period: Investasi awal dapat diperoleh kembali dalam waktu 3,8 tahun
Temuan ini sejalan dengan Kajian sebelumnya mengenai produksi karbon berkelanjutan (Park et al., 2021). Selain itu, analisis sensitivitas menunjukkan bahwa fluktuasi biaya bahan baku dan harga pasar berpengaruh terhadap keberlanjutan finansial.
Model Bisnis Canvas (MBC)
Key Partners: Penyedia limbah BFD, tempurung kelapa, cangkang kerang, perusahaan energi.
Key Activities: Proses sintesis kokas, pengelolaan limbah, distribusi produk.
Value Propositions: Kokas berkualitas tinggi dengan biaya lebih rendah, ramah lingkungan.
Customer Segments: Industri energi, baja, dan kimia.
Revenue Streams: Penjualan kokas, potensi subsidi untuk pengelolaan limbah.
Profit and Loss
Keuntungan: Biaya produksi yang lebih rendah, potensi pasar yang besar, kontribusi terhadap keberlanjutan.
Kerugian: Investasi awal yang tinggi, risiko teknis, fluktuasi harga bahan baku.
Kajian Untung Rugi Bisnis Sintesis Kokas
Dalam menganalisis potensi keuntungan dan kerugian dari bisnis sintesis kokas berbasis limbah BFD, tempurung kelapa, dan cangkang kerang, beberapa indikator keuangan seperti Internal Rate of Return (IRR), Break-even Point (BEP), dan Net Present Value (NPV) perlu dievaluasi untuk menilai kelayakan finansial proyek. Berikut adalah analisis untung rugi secara sistematik.
1. Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat diskonto yang membuat nilai kini bersih (NPV) proyek sama dengan nol. IRR menunjukkan tingkat pengembalian yang diharapkan dari investasi dalam proyek. Semakin tinggi nilai IRR, semakin menguntungkan proyek tersebut.
Proyeksi Kas Masuk: Pendapatan yang dihasilkan dari penjualan kokas.
Proyeksi Kas Keluar: Biaya investasi awal (misalnya pembelian peralatan karbonisasi), biaya operasional (misalnya pengumpulan limbah, pengolahan, distribusi), dan biaya pemeliharaan.
Jika IRR lebih tinggi dari biaya modal atau tingkat pengembalian yang diharapkan (misalnya 10%), maka proyek ini dianggap menguntungkan. Sebaliknya, jika IRR lebih rendah, maka proyek ini perlu dipertimbangkan kembali.
Contoh:
Misalkan IRR yang dihitung untuk proyek sintesis kokas adalah 15 %. Ini berarti bahwa tingkat pengembalian tahunan yang dihasilkan oleh proyek ini adalah 15 %. Jika tingkat pengembalian yang diharapkan (cost of capital) lebih rendah, maka proyek ini dapat dianggap menguntungkan.
2. Break Even Point (BEP)
Break Even Point (BEP) adalah titik di mana total pendapatan sama dengan total biaya, sehingga perusahaan tidak menghasilkan keuntungan atau kerugian. BEP mengukur jumlah produksi atau penjualan yang diperlukan untuk menutup seluruh biaya tetap dan variabel.
Untuk menghitung BEP, rumus yang digunakan adalah:
Biaya Variabel per Unit
BEP= Harga Jual per Unit−Biaya Variabel per Unit
Biaya Tetap
Biaya Tetap: Misalnya, biaya peralatan, biaya administrasi, dan biaya lainnya yang tidak bergantung pada jumlah produk yang diproduksi.
Biaya Variabel: Biaya yang bergantung pada volume produksi, seperti biaya bahan baku (limbah BFD, tempurung kelapa, dan cangkang kerang) dan biaya tenaga kerja langsung.
Harga Jual per Unit: Harga pasar kokas yang dihasilkan.
Contoh:
Jika biaya tetap proyek adalah Rp 500.000.000 per tahun, harga jual kokas adalah Rp 1.500.000 per ton, dan biaya variabel per ton adalah Rp 500.000, maka BEP dapat dihitung sebagai berikut:
𝐵𝐸𝑃=500.000.000 1.500.000−500.000=500.000 ton
BEP= 1.500.000−500.000500.000.000 =500.000 ton
Artinya, proyek akan mencapai titik impas setelah memproduksi 500.000 ton kokas.
3. Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) adalah perhitungan yang digunakan untuk menilai profitabilitas proyek dengan menghitung selisih antara nilai sekarang dari kas masuk dan kas keluar selama periode tertentu. Jika NPV positif, proyek ini dianggap menguntungkan, sedangkan jika negatif, proyek tersebut dapat merugikan.
Formula perhitungan NPV adalah:
𝑁𝑃𝑉=∑𝑡=1𝑛𝐶𝑡(1+𝑟) 𝑡−𝐶0
NPV= t=1∑n(1+r) t Ct −C0
𝐶𝑡 = Kas masuk yang diharapkan pada periode ke-t
𝑟 = Tingkat diskonto (cost of capital)
𝐶0 = Investasi awal (biaya modal)
𝑛 = Jumlah periode
Jika NPV lebih besar dari nol, proyek akan menghasilkan nilai tambah yang lebih besar dibandingkan dengan biaya investasi awal.
Contoh:
Misalkan proyeksi kas masuk tahunan dari penjualan kokas adalah Rp 10.000.000.000, dan investasi awal untuk peralatan dan operasional adalah Rp 50.000.000.000. Jika tingkat diskonto yang digunakan adalah 10 %, maka NPV dapat dihitung untuk jangka waktu 5 tahun:
𝑁𝑃𝑉=10.000.000.000(1+0,1)1+10.000.000.000
(1+0,1)2+10.000.000.000(1+0,1)3+10.000.000.000
(1+0,1)4+10.000.000.000(1+0,1)5−50.000.000.000
NPV= (1+0,1) 1 10.000.000.000 + (1+0,1) 2 10.000.000.000 + (1+0,1)310.000.000.000 +
(1+0,1) 410.000.000.000 + (1+0,1) 510.000.000.000 −50.000.000.000
Perhitungan ini akan memberikan NPV, yang jika positif, mengindikasikan bahwa proyek ini layak dilanjutkan.
4. Payback Period (PP)
Payback Period (PP) adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan investasi awal melalui aliran kas bersih dari proyek. Semakin cepat payback period, semakin menarik proyek tersebut.
𝑃𝑃=Investasi Awal Aliran Kas Bersih Tahunan
PP= Aliran Kas Bersih Tahunan Investasi Awal
Contoh:
Jika investasi awal adalah Rp 50.000.000.000 dan aliran kas bersih tahunan (setelah biaya operasional) adalah Rp 10.000.000.000, maka payback period adalah:
𝑃𝑃=50.000.000.00010.000.000.000=5 tahun
PP= 10.000.000.00050.000.000.000 =5 tahun
Artinya, proyek ini akan mengembalikan investasi dalam waktu 5 tahun.
5. Sensitivity Analysis
Analisis Sensitivitas adalah teknik yang digunakan untuk mengukur seberapa sensitif hasil proyek terhadap perubahan variabel kunci seperti harga jual, biaya bahan baku, atau biaya operasional. Hal ini membantu untuk memahami tingkat risiko proyek terhadap perubahan kondisi pasar.
Contoh:
Jika harga jual kokas turun 10 %, atau biaya bahan baku meningkat 10 %, bagaimana hal ini mempengaruhi NPV, IRR, atau BEP ? Sensitivity analysis memberikan wawasan mengenai risiko dan ketahanan bisnis terhadap fluktuasi pasar.
Kesimpulan Umum
Kajian ini mengonfirmasi kelayakan finansial produksi kokas sintesis dari BFD, tempurung kelapa, dan cangkang kerang. Model bisnis ini sejalan dengan prinsip ekonomi sirkular dan pemanfaatan limbah industri. Kajian selanjutnya disarankan untuk mengeksplorasi skala produksi yang lebih besar serta melakukan analisis dampak lingkungan secara menyeluruh.
Kesimpulan dari Analisis Untung Rugi
Berdasarkan analisis yang dilakukan, pengembangan bisnis sintesis kokas dari Komposit limbah BFD, tempurung kelapa, dan cangkang kerang dapat menghasilkan IRR yang tinggi, dengan NPV positif, dan Payback Period yang wajar, menunjukkan bahwa proyek ini layak secara finansial.
Namun, perlu perhatian khusus terhadap risiko pasar dan biaya operasional yang dapat mempengaruhi keuntungan jangka panjang.(ms2).
Tags
Artikel